Biografi Muhammad Mustafa al-'Azami
Ibnu Suryan
Studi Tokoh
1. Biografi al-A’dzhami
a. Kelahirannya
Syaikh Abu ‘Aqil Muhammad Musthafa al-A’dzhami[1]
di daerah Mau tahun 1350 H (1930 H), dalam lingkugan keluarga yang berada, dan
ia tumbuh dalam lingkungan keagamaan yang terjaga, dan orangtuanya memeberi
perhatian terhadap pendidikan dan pembelajarannya, dengan perhatian yang sangat
besar, dan al-A’dzhami telah memberikan hadiah kepadanya berupa kitabnya yang
termasyhur, (Studies in Early Hadith Literature) yang didalamnya terdapat
pemberitahuan tentang keistimewaan dalam hal tersebut.[2]
b.
Pembelajarannya
Syaikh al-A’dzhami mengunjungi tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu
syari’at di sebagian sekolah-sekolah keagamaan yang terletak di tempat
kelahirannya sendiri, seperti dar al-‘Ulum Mau kemudian ia pindah ke madrasah
syahi yang terletak di Muradabad, diman ia belajar dalam jangka waktu yang
singkat. Lalu ia bergabung ke dar al-‘Ulum (College of Science) di Deoband, dan ia lulus dari universitas
tersebut dalam bidang ilmu syari’at
dengan ijazah “al-Fadhilah” pada tahun 1372 H (1952 H) dan ia menimba ilmu
hadits di perguruan tersebut dari muhaddits Syaikh Husain Ahmad al-Madani dan al-Alamh Syaikh
Ibrahim al-Balyawi,dan yang lainnya.[3]
Tahun 1956 al-A’dzhami diangkat
sebagai dosen bahasa Arab untuk orang-orang non-Arab di Qatar. Lalu tahun 1957
beliau diangkat sebagai sekretaris perpustakaan nasional di Qatar (Dar al-Kutub
al-Qatriyah). Tahun 1964 al-A’dzhami melanjutkan studinya lagi di Universitas
Cambridge, Inggeris, sampai meraih gelar Ph.D tahun 1966 dengan disertasi Studies
in Early Hadits Literature. Lalu beliau
kembali lagi ke Qatar dan pindah ke Makkah untuk mengajar di fakultas
fasca sarjana, jurusan syari’at dan studi islam, di Universitas Riyadh kerajaan
Arab Saudi (sekarang Universitas Umm al-Qura). Beliau bersama Dr. Amin
al-Mishri, termasuk orang yang ikut andil mendirikan fakultas tersebut.[4]
Tahun 1973 (1393 H) beliau pindah ke Riyadh untuk mengajar di Departemen
Studi Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas King Saud.
2.
Karya-Karya
Ilmiah
Berikut ini adalah karya-karya yang telah di hasilkan oleh al-A’dzhami:
-
دراسات في الحديث النبوى وتاريخ تدوينه
-
كتّاب
النّبي صلى الله عليه و سلّم
-
منهج
النقد عند المحدّثين: نشأته و تاريخه
-
المحدثون
من اليمامة إلى 250 الهجري تقريبا
-
دراسة
منحجية فى علم الحديث (Studies
in Hadith Methodology and Literature )
-
أصول الفقه المحمّدى للمستشرق "شاخت": دراسة
نقدية
Selain karya-karyanya di atas al-A’dzhami juga mentahqiq terhadap
kitab kitab berikut ini:
-
الموطأ للإمام مالك
-
صحيح ابن خزيمة
-
سنن ابن ماجه
-
العلل للإمام على بن المدنى
-
كتاب التمييز للإمام مسلم
-
The History of the Qur'anic Text from Revelation to
Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments[5]
3. Kedudukannya dalam bidang keilmuan
Dilihat
dari jenjang pendidikan yang ia tempuh, serta jurusan yang diambil dalam perkuliahannya,
serta karya-karya yang ia hasilkan, maka al-A’dzhami cenderung memiliki
spesialaisasi dalam bidang hadits, tetapi ia juga mahir dalam bidang ulumul
qur’an karena ia juga membuat karya yang berjudul “A Comparative Study with The
Old and New Testaments” yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul Sejarah Teks al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi. Al-A’dzhami
selalu memiliki ciri yaitu di dalam karyanya ia selalu mencantumkan bantahan
terhadap orang orientalis yang berniat meberikan keraguan terhadap al-Qur’an
dan Sunnah yakni dengna mencantumkan bukti aslinya, berupa manuskrif-manuskrif
al-Qur’an dan Sunnah.
4. Kondisi ilmu hadits pada masa al-A’dzhami
Jika melihat kepada periodesasi tentang perjalan ulumul hadits yang di paparkan
oleh Nuruddin Itr maka al-‘Azhami termasuk kepada ulam yang hidup pada tahap
ketujuh yaitu tahapa kebangkitan kedua.
Tahap ini bermula pada permulaan abad keempat belas Hijriah. Pada tahap ini
umat Islam terbangkitkan oleh sejumlah kekhawatiran yang setiap saat bisa
muncul sebagai akibat persentuhan antara dunia Islam dengan dunia timur dan
dunia Barat, bentrokan militer yang tidak manusiawi, dan kolonialisme pemikiran
yang lebih jahat dan berbahaya. Maka
muncullah informasi yang mengaburkan eksistensi hadits yang dilontarkan oleh
para orientalis dan diterima begitu saja oleh orang-orang yang mudah terbawa
arus serba assing, lalu mereka turut mengumandangkannya dengan penuh keyakinan.
Kondisi ini menuntut disusunnya kitab-kitab yang membahas seputar informasi
tersebut guna menyanggah kesalahan-kesalahan dan kedustaan-kedustaan mereka.
Sejalaan dengan hal itu, kondisi sekarang menuntut pembaruan sistematika
penyusunan kitab-kitab ulumul hadits. Maka para ulam berusaha memenuhi tuntutan
ini.[6]
Studi Kitab
1.
Nama Kitab
Pada asalnya nama kitab ini adalah “Studies In Early Hadith Literature”
sedangkan ketika diterjemahkan kedalam bahasa Arab nama kitab ini adalah “Dirasah
fi al-Hadits an-Nabawi wa Tarikh Tadwinuh” lalu ketika ditejemahkan ke
dalam bahasa Indonesia kitab ini bernama “ Hadits Nabawi dan Sejarah
Kodifikasinya”.
Kitab ini pertama kali di cetak pada tahun 1396 H, yang dimuat/dicetak oleh
Universitas Riyadh kerajaan Arab Saudi (sekarang Universitas Umm al-Qura),
kemudian dicetak ulang di al-Maktab al-Islami di Beirut sebanyak dua jilid,
pada tahun 1400 H/1980 M.
2.
Latar belakang
Dalam muqadimah kitabnya al-A’dzhami menyatakan behwa pada mulanya kitab
ini merupakan desertasi yang ia ajukan ke kempusnya untuk mendapatkan gelar
doktor berikut pernyataan al-A’dzhami:
“Sesungguhnya saya menulis pembahasan ini
dengan menggunkan bahsa Arab, dan saya telah terdahulu mengajukannya ke
Universitas Cambridge untuk mendapatkan gelar doktor, dan hal itu terjadi pada
bulan Oktober tahun 1966.”[7]
dan pada saat itu saya memiliki keinginan
untuk menerjemahkan kitab tersebut kedalam bahasa Arab, atas nasihat yang
diberikan oleh sebagian teman saya.”
3.
Kandungan
Kitab ini pada muqaddimahnya menerangkan tentang pembelajaran tentang masa
terbaik dalam sejarah hadits, dan membicarkan secara panjang lebar terhadap
andil dalam menjaga dalam pengeloaan hadits Nabi dari segi sejarahnya,
kodifikasinya, dan klasifikasinya, dan penolakan terhadap Syubhat-Syubhat yang
menjengkelkan. Karena hal itu ia mengira bahwa diantara hal/kitab yang
terpenting dan yang paling meyakinkan/kuat/kokoh ialah yang disusun dalam tema
ini karena jarangnya, dan kadang kadang al-A’dzhami dalam kebanyakan karya
tulisnya selalu dikuti oleh studi-studi orang orientalis mengenai Sunnah Nabi,
sejarah islam, dan bantahan atas anggapan dan fitnah orang-orang orientalis
terhadap hadits nabi.
Al-A’dzhami membagi kandungan yang ada dalam
kitab ini menjadi delapan Bab dan mwncantumkan delapan lampiran.
- Bab I
Membahas tentang pengertian dan kedudukan hadits nabawi dalam islam,
kehidupan muslim, baik didunia maupun di akhirat,[8]
dimana kala itu tidak
dapat terlepas dari hadits Nabawi.
- Bab II
Membahas tentang kegiatan pendidikan jazirah Arab pada masa Jahiliyah dan
pemulaan Islam.[9]
- Bab III
Membahas sekitar larangan dan izin penulisan Hadits dari Nabi Saw. Di sini
dijelaskan pula bahwa larangan itu hanya berlaku apabila penulisan hanya
berlaku apabila penulisan hadits itu dilakukan bersamaan dengan penulisan
al-Qur’an. Atau, bahwa hadits yang melarang penulisan itu sudah di hapus masa
berlakunya (Mansukh).[10]
- Bab IV
Membahas tentang tulisan-tulisan Hadits yang dilakukan oleh para sahabat.
Begitu pula tulisan-tulisan para tabi’in tentang hadits-hadits yang berasal
dari sahabat, tulisan-tulisan para tabi’in sendiri, serta tulisan-tulisan para
Tabi’ut Tabi’in (generasi sesudah Tabi’in) tentang hadits-hadits yang mereka
terima dari tabi’in.
Untuk generasi tabi’ut Tabi’in, mereka yang lahir setelah tahun 110 H tidak
disebutkan disini, meskipun ahli-ahli hadits menulis hadits-hadits yang berasal
dari meraka. Sebab tujuan penulisan bab ini adalah untuk mengetahui cara
penyebaran hadits pada saat itu sampai kira-kira munculnya kitab al-Muwattha
karangan Imam Malik. Kesimpulan yang dapat diambil dari kahian bab ini adalah
pembuktian adanya ribuan kitab yang beredar pada masa Tabi’ut Tabi’in.[11]
- Bab V
Membahas cara penyebaran hadits, atau cara belajar dan mengajarkan hadits
(Tahmmaul wal ada) secara umum. Serta menjelaskan metode yang dipakai dalam
mempelajari hadits pada mas itu. Bab ini juga memberikan gambaran tentang
sejauh mana perhatian kaum muslimin dapat berkhidmah terhadap hadits Nabi di
satu segi, dan menyebarkan buku-buku disegi lain.[12]
- Bab VI
Membahas tentang kitab-kitab hadits yang ditinjau dari segi bentuk dan alat
tulisannya. Juga membahas tentang adanya pencurian hadits, atau tambahan
tulisan yang dilakukan oleh orang lain, bukan pengarangnya, serta
masalah-masalah lain yang masih berkaitan.[13]
- Bab VII
Bab ini khusus membahas tentang permasalahan sanad hadits, dan kesalah
pahaman prang terhadap hal itu. Begitu pula tentang menilai sistem sanad dari
segi ilmiahnya, serta pembuktian bahwa hadits Nabi sudah ada sejak dulu.[14]
- Bab VIII
Dalam bab ini berisai pembahasan tentang sejauh mana hadits Nabi itu dapat
dipertanggungjawabkan otetisitanya.
Selanjutnya setelah ia selesai menyusun kitab tersebut berdasarkan bab,
selanjutnya ia mencantumkan pembahasan-pembahasan lain dengan berbentuk
lampiran-lampiran yang berjumlah delapan lampiran, berikut penjelasannya.[15]
- Lampiran I
Lampiran pertama ini berisi pembahasan tentangpengertian sejumlah istilah
yang sering dipakai dikalangan ahli-ahli hadits, seperti sami’tu.
Haddatsana, akhbarana, ‘an, dan lain-lain. Sebab istilah-istilah yang
terdapat dalam sanad hadits ini sering menimbulkan kesalahpahaman diantara
sebagian para peneliti, dimana mereka menganggap bahwa hadits itu disebarkan
secara lisan. Dan ternyata istilah-istilah itu dipakai untuk imal’ dan bacaan,
baik berdasrkan hafalan maupun kitab.[16]
- Lampiran II
Berisi tentang jawaban terhadap sebagian orang yang kebingungan menghadapi
jumlah hadits yang mencapai tijuh ratus ribu hadits. Dimana hal itu telah
mendorong para orientalis untuk membantah otetisitas hadits Nabi, karena jumlah
itu tidak masuk akal. Begitu pula jawaban terhadap segelintir orang yang
menuduh bahwa ahli-ahli hadits telah memalsukan hadits nabi. Sebab menurut
mereka, dari setiap dua ratus hadits sulit ditemukan satu hadits yang shahih.
Sehingga pendapat yang mengatakan bahwa hadits itu berasal dari Nabi sulit
diterima.
- Lampiran III
Berisi tentang cuplikan dari naskah al-Jubair bin ‘Adiy yang tidak otentik.
- Lampiran IV
Berisi tentang cuplikan kitab al-Maghazi karangan Ibnu Ishaq, yang
sama dengan kitab sirah Ibnu Hisyam yang sudah dicetak.
- Lampirran V
Berisi tentang lembar 42 manuskrif kitab Shahih Ibnu Khuzaimah.
- Lampiran VI
Berisi tentang halaman pertama dari naskah hadits-hadits Abu al-Yaman al-Hakam bin
Nafi’.
- Lampiran VII
Berisi tentang halam pertama dari naskah hadits-hadits Abu ‘Ubaidillah
‘Umar.
- Lampiran VIII
Membahas tentang beberapa manuskrip yang diseleksi lebih dari sepuluh
manuskrip, dimana para penulisnya hidup kira-kira sejak akhir Abad ke II H.
Meskipun semua manuskrif itu dapat ditahqiq, namun yang dilakukan dalam
kitab ini hanya satu saja. Hal itu agar hasil dari pentahqiqkan itu
lebih baik. Dan manuskrif yang ditahqiq tersebut adalah Naskah Suhail
bin Abu Shalih, yang berisi hadits dari ayahnya, dari Abu Hurairah.
4.
Sistematika
Dalam sistematika penyusunannya ia mebuat dalam setiap Bab itu beberapa
judul pokok kemudian dalam setiap judul pokok tersebut al-A’dzhami membuat
beberapa subjudul, ia menerangkan setiap istilah yang ada dalam judul pokok itu
secara teratur yakni dimulai dengan penerangan secara bahasa bila padanya
terdapat bisa dijelaskan menurut bahasa lalu secara istilah, kemudian pendapat
para ulama, atau ahli-ahli ilmu lainnya seperti ahli hadits, fiqih dan yang
lainnya. Lalu setelah itu masuk ke pembahasan judul pokok tersebut, bila ada
pernyataan orang orientalis yang bertentangan dengan judul pokok tersebut maka
al-A’dzhami akan mencantumkan bantahan terhadap pendapat tersebut disertai
dengan data dan fakta yang mepuni, serta mencantumkan manuskrif atau bukti
aslinya tentang masalah tersebut bila hal tersebut ada.
5.
Sikap para
ulama
Khalid al-Faisal bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan dalam Piagam Hadiah
Internasional Raja Faisal Untuk Studi Islam, yang ditujukan kepada al-A’zhami:
“Bahwa kitabnya yang berjudul ‘Dirasah fi al-Hadits anNabawi wa Tarikh
Tadwinuh’ merupakan karya yang bagus, yang membuktikan adanya usaha ilmiah
yang terpuji dan menunjukan suatu loyalitas yang jujur kepadaa hadits Nabawi,
seraya mengikuti metode ilmiah dalam penelitian. Juga merupakan pembelaan
terhadap Hadits Nabawi, di mana ia menyanggah pendapat-pendapat para orientalis
dengan mendiskusikannya secara ilmiah, menagkis kepalsuan-kepalsuan mereka, dan
mengkritik pendapat-pendapat mereka dengan argumen yang kuat, serta meruntuhkan
sumber-sumber rujukan yang lemah, yang dijadikan pegangan oleh mereka, berikut
menyingkap tabir kekeliruan mereka dalam memahami sejumlah sumber rujukan dalam
bahasa Arab. Dengan demikian, kitabnya itu menempatkan posisi paling depan
bersam kajian-kajian yang baik pada masa kin dalam hadits, serta memberikan
andil yang cukup dalam berkhidmah kepada hadits Nabi dari segi sejarah,
pembukuan,, dan penyusunannya, begitu pula dalam menyanggah kepalsuan
orang-orang yang ingin menodai hadits.[17]
Prof. A.J. Arberry juga melontarkan pujian sebagaimana tercantum dalam kata
pengantar yang ada dalam kitab ini berikut adalah pernyataanya:
“tidak diragukan lagi, bahwa bidang penelitian yang paling penting dan
berkaitan dengan kajian hadits, adalah menemukan dan meneliti serta
mengevaluasi otentisitas kitab-kitab hadits yang kecil-kecil, yang sudah ada
sebelum munculnya kutubus sittah yang besar dan dijadikan rujukan.
Dalam hal ini al-A’dzhami telah melakukan pekerjaan yang unggul dan sangat
berharga, serta hal itu dilakukan berdasarkan standar-standar yang benar
menurut penelitian ilmiah. Dan disertasi yang ia ajukan, dimana ia kemudian
dianugerahi gelar doktor dalam filsafat oleh Universitas Cambridge, menurut
pendapat saya adalah termasuk penelitian ilmiah yang paling mengagumkan dan
paling asli, yang dilakukan dalam bidang itu padaa masa sekarang.”[18]
6. Anaslisi
Kitab Hadits
Dalam
kitab ini terdapat pembahasan tentang :
- Ulum
al-Ruwatul Hadits:
Sebagaimana
dalam Bab IV terdapat pembahasan tentang “Tanggal Lahir dan Wafatnya Ahli-Ahli
Hadits”,
- Ulum
ar-Riwayah al-Hadits
Hal
ini terdapat dalam Bab V dengan judul Bab Tahamul al-‘Ilm yang di dalamnya
terdapat tatacara tentang periwayatan hadits yakni dengan metode: secara lisan,
membacakan Hadits dari suatu Kitab, Imala’ dan dalam Bab VI terdapat pembahasan
dengan judul bab “Kitab-Kitab Hadits”
- ‘Ulum
as-Sanad
Penjelasan
tentang ini terdapat dalam Bab VII dengan Judul Bab “Isnad” dalam bab ini
terdapat penjelasan tentang awal mula pemakaian sanad, awal mula pemakaian
sanad hadits, isnad menurut orientalis, dan penggunaan sanad dikalangan
ahli-ahli fikih, hadits, dan ahli-ahli sejarah terdahulu
[1] “Al-A’dzhami” nisbat
kepada suatu daerah “A’dzham Karah” yang
terletak di wilayah “أترابرديش” di utara India
[2] Abdul Halim bin Tamur, Al-Hadits Majalah ‘Ilmiyyah Muhkamah Nishf
Sunwiyah Ta’ni Bi al-Buhuts wa ad-Dirasat al-Haditsiyah, (Selangor:
al-Kuliyah al-Jami’iyah al-Islamiyah al-‘Alamiyah,2014) hal. 186
[3] Ibid hal 187
[4] M.M. Azami, Hadits Nabawi Dan Sejarah Kodifikasinya, penterjemah:
Ali Mustafa Yaqub, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2006, cet. III) Hal. 700
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Mustafa_Al-A'zami,
di unggah Tanggal 01-April-2016 Pukul 06.44
[6] Nuruddin ‘Itr, ulumul
hadits, penterjemah: Mujiyo, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, cet. III,
2014) hal. 62
[7] Muhammad Musthafa al-A’dzhami, Dirasah Fi
al-Hadits an-Nabawi wa Tarikh Tadwinuh, (Ttp:Maktabah al-Islami, Tth) hal ج
[8]Abdul Halim bin Tamur, Al-Hadits Majalah
‘Ilmiyyah Muhkamah Nishf Sunwiyah Ta’ni Bi al-Buhuts wa ad-Dirasat
al-Haditsiyah, (Selangor: al-Kuliyah al-Jami’iyah al-Islamiyah
al-‘Alamiyah,2014) hal. 211
[9] Ibid 212
[10] ibid
[11] Ibid
[12] M.M. Azami, Hadits Nabawi Dan Sejarah Kodifikasinya, penterjemah:
Ali Mustafa Yaqub, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2006, cet. III) Hal. 8
[13] Abdul Halim bin Tamur, Al-Hadits
Majalah ‘Ilmiyyah Muhkamah Nishf Sunwiyah Ta’ni Bi al-Buhuts wa ad-Dirasat
al-Haditsiyah, (Selangor: al-Kuliyah al-Jami’iyah al-Islamiyah
al-‘Alamiyah,2014) hal. 212-213
[14] Ibid 213
[15] M.M. Azami, Hadits Nabawi Dan Sejarah Kodifikasinya, penterjemah:
Ali Mustafa Yaqub, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2006, cet. III) Hal. 9
[16] Ibid
[17] M.M. Azami, Hadits Nabawi Dan Sejarah Kodifikasinya, penterjemah:
Ali Mustafa Yaqub, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2006, cet. III) Hal. VIII-IX
[18]Muhammad Musthafa al-A’dzhami, Dirasah Fi al-Hadits an-Nabawi wa
Tarikh Tadwinuh, (Ttp:Maktabah al-Islami, Tth) hal و